MAKALAH FISIOLOGI HEWAN
SISTEM SARAF PADA VERTEBRATA
OLEH :
KELOMPOK 3
FADILLAH PUTRI (1205574)
HADI HAMZAH PUTRA(1205606)
WISKA LISNA SUSANTI(1205604)
DOSEN PEMBIMBING: FITRI ARSIH S.Si , M.Pd
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami
ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia Nya kami dapat menyelesaikan
Makalah Fisiologi Hewan ini yang berjudul Sistem Peredaran Darah pada Vertebrata
Dalam penyusunan dan
penyelesaian makalah ini penulis tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari
teman-teman dan pihak lainnya. Oleh karena itu, oenulis mengucapkan terimakasih
kepada dosen pembina mata kuliah Fisiologi Hewan, Ibu Fitri Arsih, S.Si, M.Pd.
Kami menyadari bahwa
laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami mohon maaf sekiranya ada
kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan. Akhirnya, kami berharap semoga hasil kerja
kelompok kami ini dapat bermanfaat bagi kita semua
Padang, Februari 2014
Kelompok III
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................. 1
B. Tujuan............................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A.Sel Saraf............................................................................................................ 4
B.Sistem Saraf Pusat............................................................................................. 5
C.
Otak.................................................................................................................. 7
D.
Sumsum Tulang
Belakang................................................................................ 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................... 16
B. Saran.............................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sistem saraf
merupakan sistem yang khas bagi hewan, karena sistem saraf ini tidak dimiliki
oleh tumbuhan. Sistem saraf yang dimiliki oleh hewan berbeda-beda, semakin
tinggi tingkatan hewan semakin komplek sistem sarafnya. Berbeda dengan pada
avertebrata, di mana sistem saraf pada avertebrata secara umum belum
terdifferensiasi secara nyata seperti halnya pada vertebrata, maka pada
vertebrata ini sistem saraf sudah jauh maju, terdiferensiasi dalam beberapa
bagian dengan tugas-tugas yang kebih kompleks.
Sistem saraf tersusun
oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistern ini
meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Dalam kegiatannya, saraf
mempunyai hubungan kerja seperti mata rantai (berurutan) antara reseptor dan
efektor. Reseptor adalah satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang
berfungsi mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam
tubuh. Efektor adalah sel atau organ yang menghasilkan tanggapan terhadap
rangsangan. Contohnya otot dan kelenjar. Sistem saraf terdiri dari jutaan sel
saraf (neuron).
Pernah dilaporkan di Amerika Serikat sekitar
satu abad yang lalu adanya peristiwa yang menimpa seorang anak pria berusia 4
tahun yang jatuh sehingga tulang lehernya patah, tetapi selamat. Beberapa bulan kemudian setelah dirawat
dengan baik, tulang leher anak tersebut dapat sembuh kembali, tetapi anak
tersebut tidak dapat menggunakan tangannya. Dia masih dapat merasa kesakitan
apabila kulit lengan dan tangannya ditusuk dengan jarum, tetapi dia tidak mampu
menggerakkan jari-jarinya, pergelangan tangannya ataupun melipat sikunya.
Lengannya tetap peka, tetapi anak tersebut mengalami kelumpuhan.
Dalam sistem saraf diketahui bahwa serabut
saraf menghubungkan tiap bagian tubuh dengan susunan saraf pusat. Impuls yang
dibangkitkan karena ransangan pada kulit lengan dan tangan akan dirambatkan
melalui serabut dendrit menuju sel neuron sensori yang berada di simpul saraf
dekat medula spinalis, yang selanjutnya diteruskan melalui serabut aksonnya ke
dalam medula spinalis. Impuls tersebut membawa pesan atau sinyal tentang
ransangan yang diperoleh, apakah panas, dingin, sakit atau rabaan. Pesan ini di
teruskan ke otak untuk dihayati dan disadari apa jenis dan sifat ransangan
tersebut. Pada anak yang mempunyai kasus kecelakaan diatas, tidak mengalami
cedera pada lintasan sensori dan daerah lengan dan tangan sampai susunan saraf
( medula spinalis dan otak).
Sistem persarafan terdiri dari sel-sel saraf
( neuron) yang tersusun membentuk sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer.
Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan medulla spinalis. Sedangkan sistem
saraf tepi merupakn susunan saraf di luar sistem sarraf pusat yang membawa
pesan ke dan dari sistem saraf pusat.
Ransangan (stimulus) yang diterima oleh tubuh
baik yang bersumber dari lingkungan internal maupun eksternal menyebabkan
berbagai perubahan daan menuntut tubuh untuk mampu mengadaptasinya sehingga
tubuh tetap seimbang. Upaya tubuh dalam mengadaptasi berlansung melalui
kegiatan sistem saraf disebut sebagai kegiatan refleks. Bila tubuh tidak mampu
mengadaptasinya maka akan terjadi kondisi yang tidak seimbang atau sakit.
Ransangan yang diterima oleh reseptor (
penerima ransang ) sistem saraf yang selanjutnya akan dihantarkan oleh sistem
saraf tepi ke sistem saraf pusat. Di sistem saraf pusat impuls diolah untuk
kemudian meneruskan jawaban (respon) kembali melaui sistem saraf tepi menuju
efektor yang berfungsi sebagai pencetus jawaban akhir. Jawaban yang terjadi
dapat berupa jawaban yang di pengaruhi oleh kemauan (volunter) dan jawaban yang
tidak di pengaruhi oleh kemauan (involunter).
Secara garis besar sistem saraf mempunyai 4
fungsi :
1.
Menerima
informasi (ransangan) dari dalam maupun dari luar tubuh melalui saraf sensori (Affrent Sensory Pathway).
2.
Mengkomunikasikan
informasi antara sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat.
3.
Mengolah
informasi yang diterima baik ditingkat medulla spinalis maupun di otak untuk selanjutnya
menentukan jawaban (respon)
4.
Mengantarkan
jawaban secara cepat melaui saraf motorik (Efferent
Motorik Pathway) ke organ-organ tubuh sebagai kontrol atau modifikasi dari
tindakan.
B.
Tujuan
1.
Memahami
bagaimana fisiologi dari sistem saraf itu
2.
Meperluas
wawasan tentang fisiologi dari sistem saraf
3.
Memahami
sistem saraf vertebrata
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sel Saraf (Neuron)
Sel saraf merupakan sel tubuh yang berfungsi
mencetuskan dan menghantarakan impuls listrik. Sel saraf merupakan unit dasar
dan fungsional eksitabilitas, artinya siap memberi respon apabila terstimulasi.
Satu sel saraf mempunyai badan sel (soma) yang mempunyai lebih dari satu atau
lebih tonjolan ( dendrit). Tonjolan-tonjolan ini keluar dari sitoplasma sel
saraf. Satu atau dua ekspansi yang sangat panjang disebut akson. Serat saraf
adalah akson dari satu sel saraf.
Gambar 1. Sel Saraf
Dendrit dan sel saraf berfungsi sebagai
pencetus impuls sedangkan akson berfungsi sebagai pembawa impuls. Sel-sel saraf
membentuk mata rantai yang panjang dan perifer ke pusat dan sebaliknya. Dengan
demikian impuls dihantarkan secara berantai dari satu neuron ke neuron lainnya.
Tempat dimana kontak antar satu neuron dengan neuron lainnya disebut sinaps.
Penghantaran impuls dari satu neuron ke neuron lainnya berlansung dengan
perantaraan zat kimia.
Otak manusia memiliki tekstur seperti jeli
yang sangat keras dan mengandung sekitar 100 miliar sel saraf yang disebut
neuron. Setiap neuron memiliki beberapa tentakel bercabang dan filamen serupa
benang atau akson, yang dapat dilewati oleh impuls listrik. Panjang neuron
biasanya hanya beberapa milimeter (kurang dari 1,5 cm). Padahal sel saraf di
bagian tubuh lainnya, misalnya yang mengendalikan gerakan di jari kaki,
panjangnya mencapai 1 meter.
Pada ujung-ujung akson terdapat bola-bola
kecil berisi sedikit bahan kimia yang disebut neurotransmiter. Ketika sel saraf
mendapat ransangan, neurotransmiter ini akan di lepaskan ke dalam ruang antara
sel saraf tersebut dengan sel saraf tetangga. Selanjutnya, neuron akan
melepaskan neurotransmiternya sehingga akan meransang sel saraf tetangga
berikutnya, dan demikian seterusnya. Dengan cara itulah jutaan pesan dikirimkan
dari satu neuron ke neuron lainnya setiap menit.
B.
Sistem Saraf Pusat ( Central Nervus System )
Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan
medula spinalis. Dibungkus selaput meninges yang berfungsi untuk melindungi
sistem saraf pusat. Meninges terdiri atas 3 lapisan yaitu durameter, arakhnoid
dan piameter. Diantara lapisan – lapisan ini terdapat rongga- rongga yaitu:
a.
Rongga
epidural ( epidural space )
Berada diantara tulang tengkorak dan
durameter. Rongga ini berisi pembuluh darahdan jaringan lemak yang berfungsi
sebagai bantalan.
b.
Rongga Subdural
( subdural space )
Berada diantara durameter dan arakhnoid yang
berisi cairan serosa.
c.
Rongga Sub
Arakhnoid ( Sub Arachnoid Space )
Terdapat di antara arakhnoid dan piameter,
berisi cairan cerebrospinalis.
Gambar 2. Sistem Saraf
Pusat
Secara fisiologis sistem saraf pusat ini
berfungsi untuk interpretasi,integrasi, koordinasi, dan inisiasi berbagai
impuls saraf.
Sejak lahir stiap bayi memiliki 100 miliar
sel otak. Dr.Paul McJarrow,PhD, Senior Research Scientist,Palmerston North, New
Zealand mengemukakan bahwa otak telah mengalami mas konstruksi sejak janin
sampai tahun pertama kanak-kanak. Selama inilah banyak sel- sel saraf terbentuk
dan terpakai. “ Penelitian yang dilakukan pada manusia juga membuktikan
suplementasi gangliosida dapat meningkatkan kemampuan belajar dan mengingat
pada anak,” jelasnya. Gangliosida dalam asam sialat dibutuhkan dalam
pertumbuhan, perkembangan, migrasi, dan pematangan sel saraf otak, serta
pembentukan sinaps ( hubungan antar sel saraf).salah satu nutrisi paling
penting yang dibutuhkan otak adalah gangliosida yang berfungsi untuk
pembentukan memori dan fungsi umum otak besar, pertumbuhan dan pembentukan sel
saraf serta sebagai modulator yang melakukan transisi informasi dan menyimpan
data.
Konsentrasi gangliosida yang tinggi ditemukan
di area abu-abu otak, yakni pada otak besar dan cebraal cortex yang tak lain
area terpenting untuk pembentukan memori. Hasil riset yang ada menunjukkan,
suplementasi gangliosida dapat meningkatkan keampuan belajar dan mengingatt
pada anak. Nutrisi gangliosida secara alami terdapat pada ASI, daging, dan
telur.
Gangliosida adalah kompleks lemak dan
karbohidrat yang mengandung N-Acetyl-neuraminic acid. Gangliosida secara
alamiah terdapat dalam ASI,telur, daging, dan susu sapi. 10% total lemak dari
otak disusun oleh gangliosida dengan konsentrasi tertinggi di otak besar.
C.
Otak
1.
Otak Besar
(cerebrum)
Otak besar terdiri dari dua belahan yang
disebut hemisferiumcerebri. Kedua hemisferium( kanan-kiri) saling dipisahkan oleh
fisura longitudinalis serebri. Falks serebri merupakan perluasan durameter (
lapisan pembungkus otak besar) nampak menonjol ke dalam fisura longitudinalis
cerebri.
Hemisfer cerebri dibagi-bagi dalam
daerah-daerah yang besar : lobus frontalis,lobus paritalis, dan lobus
temporalis.
Lobus Frontalis
Lobus frontalis merupakan bagian yang
menonjol kedepan yang menempati fosa serebri anterior meluas ke dorsal sampai
sulkus sentralis rolandi.
Lobus Parietalis
Lobus parietalis meluas dari sulkus sentralis
sampai fisura parieto oksipitalis dan ke arah lateral sampai setinggai fisura
lateralis.
Bagian permukaan atas dan lateral lobus
parietalis terdiri adari girus pos sentralis, girus parietalis superior, girus
supramarginalis dan girus angularis. Dibagian medial lobus parietalisbterdiri
dari lobus parasentralis dan lobus prekuneus.
Girus yang terpenting adalah girus
pos-sentralis yang mengandung korteks sensoris.
Lobus Oksipitalis
Lobus oksipitalis adalah bagian otak besar
yang berbentuk seperti piramid dan terletak di belakang fissura parieto-oksipitalis.
Lobus Temporalis
Bagian lobus temporalis dari hemiferium
serebri terletak di bawah fisura lateralis Sylvii dan berjalan ke belakang
sampai fisura parieto-oksipitalis. Permukaan temporalis superior, girus
temporalis media, dan girus temporalis inferior.
Gambar 3. Bagian-bagian
Otak Besar