Minggu, 30 November 2014

tugas aplikom : MAKALAH SISTEM SARAF PADA VERTEBRATA




MAKALAH FISIOLOGI HEWAN
SISTEM SARAF PADA VERTEBRATA

 


OLEH :
KELOMPOK 3
FADILLAH PUTRI (1205574)
HADI HAMZAH PUTRA(1205606)
WISKA LISNA SUSANTI(1205604)


PENDIDIKAN BIOLOGI (RM 2012)
DOSEN PEMBIMBING: FITRI ARSIH S.Si , M.Pd



JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Fisiologi Hewan ini yang berjudul Sistem Peredaran Darah pada Vertebrata
Dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini penulis tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari teman-teman dan pihak lainnya. Oleh karena itu, oenulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembina mata kuliah Fisiologi Hewan, Ibu Fitri Arsih, S.Si, M.Pd.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami mohon maaf sekiranya ada kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Akhirnya, kami berharap semoga hasil kerja kelompok kami ini dapat bermanfaat bagi kita semua
                                                                                     

Padang,       Februari 2014



Kelompok     III





DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR..............................................................................................     i
DAFTAR ISI..............................................................................................................     ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................     1
B. Tujuan...............................................................................................................     3
BAB II PEMBAHASAN
A.Sel Saraf............................................................................................................     4
B.Sistem Saraf Pusat.............................................................................................     5
C. Otak..................................................................................................................     7
D. Sumsum Tulang Belakang................................................................................     10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................     16
B. Saran..............................................................................................................     16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


                                                                  BAB I                            

PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Sistem saraf merupakan sistem yang khas bagi hewan, karena sistem saraf ini tidak dimiliki oleh tumbuhan. Sistem saraf yang dimiliki oleh hewan berbeda-beda, semakin tinggi tingkatan hewan semakin komplek sistem sarafnya. Berbeda dengan pada avertebrata, di mana sistem saraf pada avertebrata secara umum belum terdifferensiasi secara nyata seperti halnya pada vertebrata, maka pada vertebrata ini sistem saraf sudah jauh maju, terdiferensiasi dalam beberapa bagian dengan tugas-tugas yang kebih kompleks.
Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistern ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Dalam kegiatannya, saraf mempunyai hubungan kerja seperti mata rantai (berurutan) antara reseptor dan efektor. Reseptor adalah satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang berfungsi mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh. Efektor adalah sel atau organ yang menghasilkan tanggapan terhadap rangsangan. Contohnya otot dan kelenjar. Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf (neuron).
Pernah dilaporkan di Amerika Serikat sekitar satu abad yang lalu adanya peristiwa yang menimpa seorang anak pria berusia 4 tahun yang jatuh sehingga tulang lehernya patah, tetapi selamat.  Beberapa bulan kemudian setelah dirawat dengan baik, tulang leher anak tersebut dapat sembuh kembali, tetapi anak tersebut tidak dapat menggunakan tangannya. Dia masih dapat merasa kesakitan apabila kulit lengan dan tangannya ditusuk dengan jarum, tetapi dia tidak mampu menggerakkan jari-jarinya, pergelangan tangannya ataupun melipat sikunya. Lengannya tetap peka, tetapi anak tersebut mengalami kelumpuhan.
Dalam sistem saraf diketahui bahwa serabut saraf menghubungkan tiap bagian tubuh dengan susunan saraf pusat. Impuls yang dibangkitkan karena ransangan pada kulit lengan dan tangan akan dirambatkan melalui serabut dendrit menuju sel neuron sensori yang berada di simpul saraf dekat medula spinalis, yang selanjutnya diteruskan melalui serabut aksonnya ke dalam medula spinalis. Impuls tersebut membawa pesan atau sinyal tentang ransangan yang diperoleh, apakah panas, dingin, sakit atau rabaan. Pesan ini di teruskan ke otak untuk dihayati dan disadari apa jenis dan sifat ransangan tersebut. Pada anak yang mempunyai kasus kecelakaan diatas, tidak mengalami cedera pada lintasan sensori dan daerah lengan dan tangan sampai susunan saraf ( medula spinalis dan otak).
Sistem persarafan terdiri dari sel-sel saraf ( neuron) yang tersusun membentuk sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan medulla spinalis. Sedangkan sistem saraf tepi merupakn susunan saraf di luar sistem sarraf pusat yang membawa pesan ke dan dari sistem saraf pusat.
Ransangan (stimulus) yang diterima oleh tubuh baik yang bersumber dari lingkungan internal maupun eksternal menyebabkan berbagai perubahan daan menuntut tubuh untuk mampu mengadaptasinya sehingga tubuh tetap seimbang. Upaya tubuh dalam mengadaptasi berlansung melalui kegiatan sistem saraf disebut sebagai kegiatan refleks. Bila tubuh tidak mampu mengadaptasinya maka akan terjadi kondisi yang tidak seimbang atau sakit.
Ransangan yang diterima oleh reseptor ( penerima ransang ) sistem saraf yang selanjutnya akan dihantarkan oleh sistem saraf tepi ke sistem saraf pusat. Di sistem saraf pusat impuls diolah untuk kemudian meneruskan jawaban (respon) kembali melaui sistem saraf tepi menuju efektor yang berfungsi sebagai pencetus jawaban akhir. Jawaban yang terjadi dapat berupa jawaban yang di pengaruhi oleh kemauan (volunter) dan jawaban yang tidak di pengaruhi oleh kemauan (involunter).
Secara garis besar sistem saraf mempunyai 4 fungsi :
1.    Menerima informasi (ransangan) dari dalam maupun dari luar tubuh melalui saraf sensori (Affrent Sensory Pathway).
2.    Mengkomunikasikan informasi antara sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat.
3.    Mengolah informasi yang diterima baik ditingkat medulla spinalis maupun di otak untuk selanjutnya menentukan jawaban (respon)
4.    Mengantarkan jawaban secara cepat melaui saraf motorik (Efferent Motorik Pathway) ke organ-organ tubuh sebagai kontrol atau modifikasi dari tindakan.

B.   Tujuan
1.    Memahami bagaimana fisiologi dari sistem saraf itu
2.    Meperluas wawasan tentang fisiologi dari sistem saraf
3.    Memahami sistem saraf vertebrata
















BAB II
PEMBAHASAN
A.   Sel Saraf (Neuron)
Sel saraf merupakan sel tubuh yang berfungsi mencetuskan dan menghantarakan impuls listrik. Sel saraf merupakan unit dasar dan fungsional eksitabilitas, artinya siap memberi respon apabila terstimulasi. Satu sel saraf mempunyai badan sel (soma) yang mempunyai lebih dari satu atau lebih tonjolan ( dendrit). Tonjolan-tonjolan ini keluar dari sitoplasma sel saraf. Satu atau dua ekspansi yang sangat panjang disebut akson. Serat saraf adalah akson dari satu sel saraf.

Gambar 1. Sel Saraf
Dendrit dan sel saraf berfungsi sebagai pencetus impuls sedangkan akson berfungsi sebagai pembawa impuls. Sel-sel saraf membentuk mata rantai yang panjang dan perifer ke pusat dan sebaliknya. Dengan demikian impuls dihantarkan secara berantai dari satu neuron ke neuron lainnya. Tempat dimana kontak antar satu neuron dengan neuron lainnya disebut sinaps. Penghantaran impuls dari satu neuron ke neuron lainnya berlansung dengan perantaraan zat kimia.
Otak manusia memiliki tekstur seperti jeli yang sangat keras dan mengandung sekitar 100 miliar sel saraf yang disebut neuron. Setiap neuron memiliki beberapa tentakel bercabang dan filamen serupa benang atau akson, yang dapat dilewati oleh impuls listrik. Panjang neuron biasanya hanya beberapa milimeter (kurang dari 1,5 cm). Padahal sel saraf di bagian tubuh lainnya, misalnya yang mengendalikan gerakan di jari kaki, panjangnya mencapai 1 meter.
Pada ujung-ujung akson terdapat bola-bola kecil berisi sedikit bahan kimia yang disebut neurotransmiter. Ketika sel saraf mendapat ransangan, neurotransmiter ini akan di lepaskan ke dalam ruang antara sel saraf tersebut dengan sel saraf tetangga. Selanjutnya, neuron akan melepaskan neurotransmiternya sehingga akan meransang sel saraf tetangga berikutnya, dan demikian seterusnya. Dengan cara itulah jutaan pesan dikirimkan dari satu neuron ke neuron lainnya setiap menit.
B.   Sistem Saraf Pusat ( Central Nervus System )
Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan medula spinalis. Dibungkus selaput meninges yang berfungsi untuk melindungi sistem saraf pusat. Meninges terdiri atas 3 lapisan yaitu durameter, arakhnoid dan piameter. Diantara lapisan – lapisan ini terdapat rongga- rongga yaitu:
a.    Rongga epidural ( epidural space )
Berada diantara tulang tengkorak dan durameter. Rongga ini berisi pembuluh darahdan jaringan lemak yang berfungsi sebagai bantalan.
b.    Rongga Subdural ( subdural space )
Berada diantara durameter dan arakhnoid yang berisi cairan serosa.
c.    Rongga Sub Arakhnoid ( Sub Arachnoid Space )
Terdapat di antara arakhnoid dan piameter, berisi cairan cerebrospinalis.

Gambar 2. Sistem Saraf Pusat
Secara fisiologis sistem saraf pusat ini berfungsi untuk interpretasi,integrasi, koordinasi, dan inisiasi berbagai impuls saraf.
Sejak lahir stiap bayi memiliki 100 miliar sel otak. Dr.Paul McJarrow,PhD, Senior Research Scientist,Palmerston North, New Zealand mengemukakan bahwa otak telah mengalami mas konstruksi sejak janin sampai tahun pertama kanak-kanak. Selama inilah banyak sel- sel saraf terbentuk dan terpakai. “ Penelitian yang dilakukan pada manusia juga membuktikan suplementasi gangliosida dapat meningkatkan kemampuan belajar dan mengingat pada anak,” jelasnya. Gangliosida dalam asam sialat dibutuhkan dalam pertumbuhan, perkembangan, migrasi, dan pematangan sel saraf otak, serta pembentukan sinaps ( hubungan antar sel saraf).salah satu nutrisi paling penting yang dibutuhkan otak adalah gangliosida yang berfungsi untuk pembentukan memori dan fungsi umum otak besar, pertumbuhan dan pembentukan sel saraf serta sebagai modulator yang melakukan transisi informasi dan menyimpan data.
Konsentrasi gangliosida yang tinggi ditemukan di area abu-abu otak, yakni pada otak besar dan cebraal cortex yang tak lain area terpenting untuk pembentukan memori. Hasil riset yang ada menunjukkan, suplementasi gangliosida dapat meningkatkan keampuan belajar dan mengingatt pada anak. Nutrisi gangliosida secara alami terdapat pada ASI, daging, dan telur.
Gangliosida adalah kompleks lemak dan karbohidrat yang mengandung N-Acetyl-neuraminic acid. Gangliosida secara alamiah terdapat dalam ASI,telur, daging, dan susu sapi. 10% total lemak dari otak disusun oleh gangliosida dengan konsentrasi tertinggi di otak besar.
C.   Otak
1.    Otak Besar (cerebrum)
Otak besar terdiri dari dua belahan yang disebut hemisferiumcerebri. Kedua hemisferium( kanan-kiri) saling dipisahkan oleh fisura longitudinalis serebri. Falks serebri merupakan perluasan durameter ( lapisan pembungkus otak besar) nampak menonjol ke dalam fisura longitudinalis cerebri.
Hemisfer cerebri dibagi-bagi dalam daerah-daerah yang besar : lobus frontalis,lobus paritalis, dan lobus temporalis.
Lobus Frontalis
Lobus frontalis merupakan bagian yang menonjol kedepan yang menempati fosa serebri anterior meluas ke dorsal sampai sulkus sentralis rolandi.
Lobus Parietalis
Lobus parietalis meluas dari sulkus sentralis sampai fisura parieto oksipitalis dan ke arah lateral sampai setinggai fisura lateralis.
Bagian permukaan atas dan lateral lobus parietalis terdiri adari girus pos sentralis, girus parietalis superior, girus supramarginalis dan girus angularis. Dibagian medial lobus parietalisbterdiri dari lobus parasentralis dan lobus prekuneus.
Girus yang terpenting adalah girus pos-sentralis yang mengandung korteks sensoris.
Lobus Oksipitalis
Lobus oksipitalis adalah bagian otak besar yang berbentuk seperti piramid dan terletak di belakang fissura  parieto-oksipitalis.
Lobus Temporalis
Bagian lobus temporalis dari hemiferium serebri terletak di bawah fisura lateralis Sylvii dan berjalan ke belakang sampai fisura parieto-oksipitalis. Permukaan temporalis superior, girus temporalis media, dan girus temporalis inferior.

Gambar 3. Bagian-bagian Otak Besar

TUGAS APLIKOM : PUISI

CINTA DI BALIK PINTU



angan-angan datang dengan cintanya
menebar kasih bagai cahaya
anak hawa ada untuk kasihnya
kasih adam yang tak pernah tiba

adakah dia bersama cinta?
adakah cinta bersama jiwa?
menyatukan mereka dalam kalbu
meluruhkan kalbu dalam satu
jangankan kalbu
hatipun melerai hingga berai

TUGAS APLIKOM :PUISI

MAUT TAK MENGAKHIRI

Lirih gerimis menghampiri
rintik mulai basahi diri ini
saat badai menguak
berita duka dari dirinya

oh tuhan..
terlalu cepat kau cabut
terlalu cepat kau bawa dirinya

lirih...
rintih..

Sabtu, 29 November 2014

tugas aplikom; makalah sistem ekskresi manusia



MAKALAH ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA



OLEH: KELOMPOK  V
1.        FADILLAH PUTRI                   (1205574)          
2.        FITRAH                                       (1205620)
3.        NOVERA WERNI                      (1205618)
4.        RADILA WIDAYATI                (1205626)
5.        RAHARDIAN MAULANA       (54867 )
6.        RIMA SYLVIA                           (1205608)
7.        VINDA RIZKI NOVITA           ( 1205569)
DOSEN: Dr. RAMADHAN SUMARMIN, M. Si



JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014


KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang telah memberikan hikmah, hidayah, kesehatan serta umur yang panjang sehingga makalah ini yang berjudul “Sistem Ekskresi pada Manusia ” ini dapat terselesaikan.
Sholawat serta salam senantiasa kita limpahkan kepada junjungan alam nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari alam yang berliku-liku menuju alam yang lurus. Amin
Kami menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bisa membangun menuju kesempurnaan dari pada pembaca untuk kesempurnaan makalah selanjutnya.


Padang, 3 November 2014

                                                                                                Penyusun


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tubuh manusia terjadi metabolisme yang mengkoordinasi kerja tubuh. Proses metabolisme selain menghasilkan zat yang berguna bagi tubuh tetapi juga menghasilkan zat-zat sisa yang tidak berguna bagi tubuh. Zat-zat sisa yang berguna bagi tubuh dapat bermanfaat bagi tubuh kita dalam kelangsungan hidup.Hasil-hasil metabolisme yang berupa zat-zat sisa yang tidak dimanfaatkan lagi oleh tubuh berupa racun.Zat-zat sisa tersebut perlu dikeluarkan dari tubuh melalui organ-organ tubuh tertentu.
Pengeluaran zat sisa tersebut diperlukan sistem pengeluaran yang disebut sistem ekskresi.Sistem ekskresi merupakan pengeluaran limbah hasil metabolisme pada organisme hidup.Zat sisa metabolisme yang harus dikeluarkan antara lain karbondioksida (CO2), urea, air (H2O), amonia (NH3), kelebihan vitamin, dan zat warna empedu.Organ pengeluaran zat sisa pada manusia berupa ginjal, kulit, paru-paru dan hati.Setiap organ-organ pengatur metabolisme untuk sistem ekskresi memiliki suatu factor pengaruh.Seperti pada kulit, pembentukan dan pengeluaran keringat dipengaruhi oleh factor hormon ADH, cuaca, dan lingkungan disekitar.Bahkan organ ekskresi itu pun memiliki beberapa gangguan atau penyakit. Apabila organ-organ metabolisme itu tidak berfungsi dengan baik maka akan mempengaruhi sistem kerja metabolisme pada tubuh kita.
Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat sisa metabolisme tubuh, seperti CO2, H2O, NH3, zat warna empedu dan asam urat. Beberapa istilah yang erat kaitannya dengan ekskresi adalah sebagai berikut.
1.         Defekasi: proses pengeluaran sisa pencernaan makanan yang disebut feses. Zat yang dikeluarkan belum pernah mengalami metabolisme di dalam jaringan. Zat yang dikeluarkan meliputi zat yang tidak diserap usus sel epitel, usus yang rusak dan mikroba usus.
2.         Ekskresi: pengeluaran zat sampah sisa metabolisme yang tidak berguna lagi bagi tubuh.
3.      Sekresi : yaitu pengeluaran getah oleh kelenjar pencernaan ke dalam saluran pencernaan. Getah yang dikeluarkan masih berguna bagi tubuh dan umumnya mengandun genzim.
4.      Eliminasi : yaitu proses pengeluaran zat dari rongga tubuh, baik dari rongga yang kecil (saluran air mata) maupun dari rongga yang besar(usus).

B. Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian dan fungsi sistem Ekskresi pada Manusia?
2.      Apakah organ-organ dan fungsinya pada sistem Ekskresi pada Manusia?
3.      Bagaimana Mekanisme Proses Ekskresi pada Manusia?
4.      Apa Faktor-faktor yang mempengaruhi Sistem Ekskresi?
5.      Kelainan dan Gangguan apa saja yang terjadi pada sistem Ekskresi Manusia?

C. Tujuan
1.      Mampu menjelaskan pengertian dan fungsi sistem ekskresi pada manusia
2.      Mampu menjelaskan organ-organ dan fungsinya pada sistem ekskresi pada manusia
3.      Mengetahui bagaimana mekanisme proses ekskresi pada manusia
4.      Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sistem ekskresi
5.      Mengetahui kelainan dan gangguan yang terjadi pada sistem ekskresi manusia


BAB II
PEMBAHASAN
Sistem Ekskresi adalah sistem pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang tidak berguna bagi tubuh dari dalam tubuh, seperti: Menghembuskan gas CO2 ketika kita bernafas Berkeringat Buang air kecil (urine) . Sistem ekskresi membantu memelihara homeostasis dengan tigacara, yaitu melakukan osmoregulasi, mengeluarkan sisa metabolisme, dan mengatur konsentrasi sebagian besar penyusun cairan tubuh. Zat sisa metabolisme adalah hasil pembongkaran zat makanan yang bermolekul kompleks.Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme antara lain, CO2, H20, NHS, zat warna empedu, dan asam urat.
Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat sisa metabolisme tubuh, seperti CO2, H2O, NH3, zat warna empedu dan asam urat. Zat hasil metabolisme yang tidak diperlukan oleh tubuh akan dikeluarkan melalui alat ekskresi. Alat ekskresi yang dimiliki oleh mahluk hidup berbeda-beda.semakin tinggi tingkatan mahluk hidup, semakin kompleks alat ekskresinya. Beberapa istilah yang erat kaitannya dengan ekskresi :
defekasi : yaitu proses pengeluaran sisa pencernaan makana yang disebut feses. Zat yang dikeluarkan belum pernah mengalami metabolisme di dalam jaringan.Zat yang dikeluarkan meliputi zat yang tidakl diserap usus sel epitel, usus yang rusak dan mikroba usus.
ekskresi : yaitu pengeluaran zat sampah sisa metabolisme yang tidak berguna lagi bagi tubuh.
sekresi : yaitu pengeluaran getah oleh kelenjar pencernaan ke dalam saluran pencernaan. Getah yang dikeluarkan masih berguna bagi tubuh dan umumnya mengandun genzim.
eliminasi : yaitu proses pengeluaran zat dari rongga tubuh, baik dari rongga yang kecil (saluran air mata) maupun dari rongga yang besar (usus)


Fungsi sistem ekskresi  antara lain:
1. Membuang limbah yang tidak berguna dan beracun dari dalam tubuh
2. Mengatur konsentrasi dan volume cairan tubuh (osmoregulasi)
3. Mempertahankan temperatur tubuh dalam kisaran normal (termoregulasi)
4. Homeostasis
ORGAN-ORGAN DAN FUNGSINYA PADA SISTEM EKSKRESI
A. GINJAL
1. Struktur Ginjal
Alat pengeluaran (ekskresi) utama pada manusia adalah ginjal.Ginjal atau buah pinggang manusia berbentuk seperti kacang merah, berwarna keunguan, dan berjumlah dua buah.Bobot kedua ginjal orang dewasa antara 120-150 gram.Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen.

Gambar 1. Struktur ginjal




Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjarsuprarenal). Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh tulang rusuk ke sebelas dan dua belas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemakpararenal) yang membantu meredam goncangan.
Pada bagian kulit ginjal (korteks) terdapat alat penyaring darah yang disebut nefron. Glomerolus berupa anyamanpembuluh kapiler darah, sedangkan simpai bowman berupa cawan berdinding tebal yangmengelilingi glomerolus.Saluran panjang yang berlengkung (tubulus) dikelilingi oleh pembuluh kalpiler darah. Tubulus yang letaknya dekat badan malpighi disebut tubulus proximal. Tubulusyang letaknya jauh dari badan malpighi disebut tubulus distal. Tubulus proximal dan tubulus distal dihubungkan oleh lengkung Henle atau angsa Henle.Tempat lengkung Henle bersinggungan dengan arteri aferen disebut apparatusjuxtaglomerular, mengandung macula densa dan sel juxtaglomerular. Sel juxtaglomerular adalah tempat terjadinya sintesis dan sekresi renin.Cairan menjadi makin kental disepanjang tubulus dan saluran untuk membentuk urin, yang kemudian dibawa kekandung kemih melewati ureter.Lengkung Henle ini berupa pembuluh menyerupai leherangsa yang turun ke arah medula ginjal, kemudian naik lagi menuju koretks ginjal.Bagian akhir dari tubulus ginjal adalah saluran (tubulus) pengumpul yang terletak pada sum-sum ginjal
Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam lagi disebutmedulla (sum-sum ginjal).Bagian paling dalam disebut pelvis (rongga ginjal), pada bagian medulla ginjal manusia dapat pula dilihat adanya piramida yang merupakan bukan saluran pengumpul.Ginjal dibungkus oleh lapisan jaringan ikat longgar yang disebut kapsula. Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut korpuskula (atau badan malpighi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus). Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman.Setiap glomerulus mendapat aliran darah dari arteri aferen.Dinding kapiler dari glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan.Darah dapat disaring melalui dinding epitelium tipis yang berpori dariglomerulus dan kapsula Bowman karena adanya tekanan dari darah yang mendorong plasma darah. Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah yang telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen.
Di antara darah dalam glomerolus dan ruangan berisi cairan dalam kapsulBowman terdapat tiga lapisan:
a. kapiler selapis sel endotelium pada glomerulus
b. lapisan kaya protein sebagai membran dasar
c. selapis sel epitel melapisi dinding kapsul Bowman (podosit).
Darah manusia melewati ginjal sebanyak 350 kali setiap hari dengan laju 1,2 literper menit, menghasilkan 125 cc filtrat glomerular per menitnya. Laju penyaringan glomerular ini digunakan untuk tes diagnosa fungsi ginjal.
2. Fungsi Ginjal
1. Menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme tubuh
2. Mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan
3. Reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan oleh bagian tubulus ginjal
4. Menjaga keseimbanganan asam basa dalam tubuh manusia
5. Menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan mematangkan sel-sel darah merah (SDM) di sumsum tulang
3. Kerja Ginjal
a. Proses Pembentukan Urin
Ginjal berperan dalam proses pembentukan urin yang terjadi melalui serangkaian proses, yaitu: penyaringan, penyerapan kembali dan pengumpulan (augmentasi).
1)      Penyaringan (filtrasi)
Proses pembentukan urin diawali dengan penyaringan darah yang terjadi di kapiler glomerulus. Sel-sel kapiler glomerulus yang berpori (podosit), tekanan danpermeabilitas yang tinggi pada glomerulus mempermudah proses penyaringan. Selain penyaringan, di glomelurus juga terjadi penyerapan kembali sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma.Bahan-bahan kecil yang terlarut di dalam plasma darah, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat dan urea dapat melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan. Hasil penyaringan di glomerulus disebut filtrate glomerolus atau urin primer, mengandung asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya.
2)      Penyerapan kembali (reabsorbsi)
Bahan-bahan yang masih diperlukan di dalam urin pimer akan diserap kembali di tubulus kontortus proksimal, sedangkan di tubulus kontortus distal terjadi penambahan zat-zat sisa dan urea. Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam amino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Setelah terjadi reabsorbsi makatubulus akan menghasilkan urin sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya urea
Gambar 3. Struktur nefron pada ginjal manusia
3)      Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadidi tubulus kontortus distal. Dari tubulus-tububulus ginjal, urin akan menuju rongga ginjal, selanjutnya menuju kantong kemih melalui saluran ginjal. Urin akan keluar melalui uretra.